Seorang pemeluk agama Sikh beribadah di depan Darbar Sahib (altar sembahyang) di Kuil Sikh Gurdwara, Pasar Baru, Jakarta Pusat. (Foto: Azizah)

Jakarta (jakartalounge) – Dua orang pria memasang tutup kepala dengan kain berwarna biru muda. Mereka hendak beribadah pagi di Kuil Sikh Gurdwara, Pasar Baru Timur, Jakarta, Selasa (9/8).

Bagi penganut ajaran Sikh, memamerkan rambut merupakan hal yang tabu. ”Kalau di Indonesia, peraturannya sudah longgar, kami hanya wajib menutup kepala saat melakukan ibadah. Di luar itu, boleh pakai, boleh tidak,” ujar Balbirsingh, Sekretaris pengurus Gurdwara.

Kalau kepala sudah ditutupi, sadh sangat (jemaat Sikh) dapat langsung masuk ke ruang ibadah dan bersembahyang. Mereka mengatupkan kedua tangan di depan dada lalu membungkukkan badan di depan kumpulan Adi Granth (Buku Pertama) yang diletakkan di Darbar Sahib (kuil emas), semacam altar untuk sembahyang.

Agama Sikh didirikan oleh Guru Nanak yang lahir pada 1469 M, di Punjab India. Kemudian, ajaran Sikh disempurnakan oleh Guru Gobind Singh, yakni menanamkan kepercayaan terhadap kesatuan dan kemahakuasaan Tuhan, serta menyamakan Tuhan dengan kebenaran.

Di Indonesia, agama Sikh belum diakui menjadi agama resmi sehingga pemeluknya tidak bisa mencantumkan Sikh dalam kolom agama di KTP. Namun, berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, penganut agama yang belum diakui negara dapat mengosongkan kolom agama dan tetap akan dicatat dalam database kependudukan.

Namun, tampaknya hal itu tidak mengusik kekhusyukan mereka dalam beribadah. Usai melakukan sembahyang, ritual selanjutnya adalah menyantap makanan yang telah disediakan di Guru Kalangar, dapur umum milik kuil.

Semua orang, baik kaya atau miskin, duduk berderet menikmati hidangan yang terdiri atas Dhal (kuah kacang hijau berbumbu), roti cane, dan segelas teh masala (teh tarik). ”Semua makanan di sini tidak ada yang mengandung darah alias menu vegetarian,” kata Balbirsingh.

Orang yang bukan pemeluk Sikh juga boleh ikut makan di sana, asal pakai penutup kepala dulu, ya… (Azizah Fitriyanti)